Sedikit Demi Sedikit, Lama-lama Menjadi Hybrid

Hampir seminggu mondar-mandir di GIIAS 2025, yang paling terlihat memang gempuran mobil listrik dari berbagai pabrikan Tiongkok.

Tak peduli asalnya satu negara, tiap brand tak malu-malu saling bantai perang harga di lini EV macam pertempuran Sam Kok.

Ibarat keributan antara Liu Bei, Sun Quan, dan Cao Cao, tiap brand mengerahkan serdadunya. Atto 1, Binguo, Aion UT, X20e, dan serdadu-serdadu dari brand lainnya yang saling berebut kue.

Berbeda melihat pabrikan Jepang yang rasa-rasanya kok adem ayem di tengah gonjang-ganjingnya mobil listrik. Sekilas kayak jadi penonton saja.

Bukannya gak punya EV, lho. Banyak kok yang memajang EV di barisan depan booth mereka di GIIAS.

Dipajang saja memang, tanpa target penjualan jor-joran dan puluhan sales ramah yang siap menarik pengunjung menandatangani SPK mobil listrik.

Bisa jadi bukannya tak mau ikutan baku hantam, tapi pilih jadi Zhuge Liang.

Kalau enggak mau langsung terjun di EV, jalan tengahnya mungkin main di hybrid dulu. Bisa jadi begitu strategi pabrikan otomotif Jepang.

Ambil contoh dari Suzuki deh. Mobil full EV macam e-Vitara sih dipajang paling depan. Tapi ya gitu, enggak dijual.

Tapi apa yang Suzuki lakukan? Cukup keluarkan dulu 4 line-up mobil hybrid: Grand Vitara Hybrid, Ertiga Hybrid, XL7 Hybrid, dan Fronx Hybrid.

Empat tipe itu yang mungkin jadi garda Suzuki buat menghalau serbuan pasukan EV dari Tiongkok. Satu menjaga lini LMPV, tiga lagi menjaga benteng SUV.

Lalu apa kata Zhuge Liang… eh… Suzuki akan strategi ini?

“Inovasi kami pandang bukan sebatas tren eksklusif, melainkan pemenuhan kebutuhan bersama pada waktu yang tepat,” ujar Harold Donnel, 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS).

Suzuki di sini punya senjata. Senjata itu bernama ‘Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS)’.

“Inovasi seperti SHVS memungkinkan konsumen merasakan manfaat kendaraan hybrid secara langsung, tanpa perlu mengubah kebiasaan berkendara sebelumnya,” lanjut Harold.

Dengan pendekatan adaptif dan minim kompleksitas, SHVS menjadi solusi elektrifikasi ideal khususnya bagi konsumen yang baru mengendarai kendaraan ramah lingkungan.

Kalau strategi hibridifikasi ala Suzuki berhasil, bukan tidak mungkin model ini bakal ditiru pabrikan Jepang lain.

Toh Daihatsu juga sudah keliatan siap dengan Rocky Smart Hybrid-nya. Nissan dengan X-Trail e-Power. Dan tentu jangan lupakan Toyota yang siaga dengan Innova Zenix hybridnya.

Bisa jadi, langkah pabrikan Jepang memang begitu. Main pelan. Melihat jauh ke depan sambil kipas-kipas dan elus jenggot.

Jangan langsung EV dulu. Perlahan alihkan dulu ke mesin hybrid. Beri opsi hybrid ke banyak atau mungkin semua varian. Sampai teknologi dan infrastruktur elektrifikasi benar-benar siap.

Sambil memantau juga. Mau main di harga berapa? Mau pasang full EV di tipe apa? Mau perbanyak sistem aftersalesnya bagaimana?

Ini itu semua dipikirkan memang ciri khas pabrikan Jepang. Makanya bisa jadi raksasa di dunia otomotif.

Pertanyaannya… Mau nonton sampai kapan? Apakah dengan bermain sedikit demi sedikit lama-lama semuanya hybrid ini akan membuahkan hasil?

Atau keburu terbantai seperti pasukan Cao Cao di pertempuran Red Cliff?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *